Pamulang – Dunia properti menawarkan pendapatan yang menggiurkan. Termasuk bagi para marketing properti. Tapi bukan berarti menjadi marketing properti adalah pekerjaan mudah. Persaingan sangat ketat. Maka itu perlu kiat atau trik jitu untuk bisa menjadi marketing properti yang hebat.
Nurul Yaqin, Direktur Benhokk Property yang sudah malang melintang lebih dari 20 tahun di industri properti membagi pengalamannya. Di depan puluhan agen properti dan referator yang datang di customer & referator gathering di Pinang Green Residence, Pamulang, akhir pekan lalu, Nurul memaparkan cara menjadi seorang marketing properti yang handal, terutama di tengah ketatnya kondisi pasar saat ini.
Menurutnya, seorang marketing properti harus bisa menjual prospek dari produk yang ditawarkan. Future value! Itulah yang harus ditawarkan ke customers. Gambarkan keuntungan yang akan didapat pembeli. Gain dan yield yang akan mereka dapatkan kira-kira berapa.
“Jangan menjual properti yang hanya ‘hebat’ saat ini. Dalam bisnis ini ada past value, present value, dan future value dari produk. Future value itulah yang dijual agar orang tertarik,” tegasnya.
Kata Nurul, seorang marketing yang hebat bisa menghitung atau memperkirakan future value produk yang dijualnya. Menghitung future value sendiri bisa dilakukan dengan melihat histori produk dan komparasi dengan produk sejenis di lingkungan sekitar.
“Kita bisa hitung eskalasi kenaikan harganya berapa persen. Dari tahun pertama dan seterusnya. Itulah yang menjadi bench marking kita menentukan future value.” Selain itu, rata-rata penjualan per bulan juga perlu diperhatikan. Kemudian, marketing bisa membuat comparative market analysist (CMA). Perbandingan dengan kompetitor dan lain-lain.
Aspek kondisi makro ekonomi, misalnya tingkat suku bunga juga perlu menjadi perhatian. Setelah itu baru buat satu kesimpulan yang bisa menyakinkan calon klien bahwa produk yang kita tawarkan adalah pilihan tepat. Kita mesti tahu positioning-nya. “Customer behaviour juga perlu kita pahami. Misalnya karakter atau kebutuhan end user dan investor tentu beda,” tambahnya.
Di tengah kondisi pasar saat ini, lanjut Nurul, untuk menjadi seorang great marketer, kita harus punya optimisme. “Motivasi tinggi adalah modal minimal. Kalau anda tidak yakin dan optimis, mending jangan masuk di bisnis ini. Persaingannya sangat ketat,” tutupnya. (aria/tim benhokk property)